Romance of firstlove
Terdengar
sayup-sayup dalam tidur suara nada dering hand phone gue memecahkan heningnya
malam, ”kriinggg , , , kriing , , , kring , , “. Terbangun dan segera gue jawab
telephone yang hanya nomor itu “ iya, hallo micum “ jawabku dengan nada
ngantuk, “walaikumsalam bangun cha udah jam setengah empat buruan makan sahur,
inikan sahur pertama “ jawabnya. “ iya
ini juga udah bangun, kalo belum bangun belum aku angkat telfon kamu oneng“
jawabku dengan sedikit kesal, “hahahahaha” laki-laki itu pun tertawa dengan
girangnya, “eh , , ngemeng-ngemeng sapa sih loe “ sahutku kesal, “ gue lian
cha, gue ganti nomor, nomor yang kemarin hilang, hp gue yang maren juga hilang
“ jawabnya ,”trus penting buat gue” jawabku. “penting juga mungkin, udah dulu
cha, gue mau makan sahur , bye” ditutupnya telephone.
Lian itu
mantan gue, dulunya gue benci banget ama lian yang selalu ngatur dan banyak
maunya, gue putus sama lian hanya gara-gara hadirnya orang ketiga dalam
kehidupan lian. Ramadhan kali ini adalah ramadhan kalipertama gue jomblo dan
berharap adanya sosok pengganti lian yang bisa memahami hidup dan perasaan gue
seperti halnya bokap gue dulu.
“ ayo makan
sahur cha , udah hampir imsyak ni” nyokap gue memanggil. Akhirnya kami makan
sahur bersama, tapi rasanya ada yang kurang dalam sahur pertama ini sosok
seorang bokap yang dirindukan tidak hadir untuk makan sahur bersama. Bokap gue udah
ngak ada semenjak gue duduk di kelas satu sekolah dasar.
Ya ALLAH.
Gue kangen ama bokap, gue kangen cara dia merangkulku, memelukku,
menggendongku, menciumku. Gue kangen setiap garis diwajahnya, dan senyum nya
yang penuh ikhlas, semuanya ya ALLAH, ya
ALLAH mengapa ini harus terjadi padaku ? mengapa Engkau beri aku ujian seberat
ini saat aku baru 17 tahun ?
Gue duduk
diam dalam lamunan dikamar ku yang penuh dengan tebaran kertas, seharusnya dia
ada disini untuk mengajari aku membuat cerpen, bayangan itu mengiris perih
dalam hati. Nyokap terongok bis didepan ku saat gue membaca cerpen yang gue
buat dengan tatapan yang kosong .
“ STANDART
KHAN “
Kata ini
yang gue ucapkan ketika nyokap memeluk dengan erat tubuh gue, sekarang apa yang
tersisa dalam hidup gue ? kalau saja gue bisa menangis pasti akan sedikit lebih
lega , namun air mata ini telah kering, setiap saat dibuang. Benarkah gue
sekuat itu ? atau gue hanya berusaha kuat ? apa gue hanya berusaha terlihat
baik-baik saja ? benarkah gue serapuh ini ? apa gue hanya ingin mengasihani
diri sendiri?
Bertahun-tahun
gue terpuruk dalam kerinduan ini, hanya satu kata yang selalu terlintas di
fikiran gue, “nak kamu harus bisa menjadi
penulis yang hebat dan dapat memberi contoh remaja yang lain” kata itu di
lontarkan bokap gue ketika dalam kondisi kritis nya.
Well, entah apa yang membuat gue bisa
bertahan sejauh ini yang tak pernah gue fikirkan sebelumnya. Gue mendaftar
audisi menulis cerpen di tingkat provinsi yang cukup bergengsi lah, dengan
semua hayalan gue, gue berusaha bangkit dan dapat membuat senyum indah bokap
gue di surga.
Hari –hari
ramadhan gue selama 15 hari penuh dengan menulis cerpen, Yang segera akan gue kirim malam itu juga dengan penuh
harapan di bulan ramadhan untuk memberi hadiah bokap gue. Tiba –tiba “ Tookk, ,
,tokk , , , tookkkk,” suara pintu kamar gue diketuk “Si. . siapa ? “ cha, , ini
mami, boleh mami masuk ? “terdengar
suara nyokap yang lembut
Gue
langsung berjalan dan segera memutar anak kuncinya, terlihat wajak nyokap yang
memandangku dengan kecemasan. “ma,,,maaf mam “ nyokap langsung tersenyum
menghibur. Dia mask kekamarku yang sedang rapi tanpa ada kertas yang berceceran
dilantai. Gue peluk erat nyokap dengan erat, dia mengels kepalaku penuh cinta
pula.
“ mami,
doakan cha bisa menang dalam audisi ini, supaya kita dapat cukup uang untuk
biaya maasuk kuliyah cha dan buat babe bangga “. Nyokap menangis untuk gue, dia
terisak keras dan pedih menyadari kenyataan ini. Semenjak bokap meninggal gue
merasa beban nyokap semakin berat, ge selalu berusaha untuk meringankannya
dengan cara mengikuti lomba- lomba menulis, bahkan gue kuliyah dengan uang
beasiswa dan hasil prestasiku dalam menulis.
“ sayang,
mami percaya kok kamu pasti menang lagi kali ini “ jawab nyokap gue memberi
semangat. “ tadi sudah sholat isya belum cha ?” Tanya nyokap gue mengalihkan
kesedihan “ belum mam, “ jawabku “ ayo kita sholat dulu “ kamipun sholat
berjamaah dan tak lupa di penghujung kami berdoa bersama “ Ya ALLAH berilah
hambamu ini kekuatan, jaga babe selalu dalam surgaMu, loloskan hambamu ini
dalam audisi menulis cerpen tingkat provinsi yang sedang hamba ikuti ini ya ALLAH”
amiin , ,“ eh , , gak terasa ya udah puasa ke dua puluh empat” gumamku sambil
menatap layar hendphone.
“kriinnggg , , ,kriiing, , ,
kriiingg, Pak Diyan memanggil “
“halo, asalamu’alaikum , ada apa
pak ?” kataku dag dig dug karena hari
ini pengumuman pemenang lomba penulisan cerpen, dan kebetulan diyan ini salah
satu juri dalam lomba itu sekaligus dia orang yang selama ini mngajari aku
dalam menulis.
“ selamat ya cha, kamu menang lagi
kali ini “ katanya dengan bahagia
“ alhamdulilah , terima kasih pak
infonya “ jawabku dengan semangat
Dimatikan telephone oleh pak diyan
dan segera gue lihat di facebook. Dengan segera ku ketik di layar monitorku www.facebook.com dan segera gue masukkan
alamat e-mail nya Ntha_chie88@yahoo.com ternyata
benar aku menang dalam audisi ini.
“
mami , , mami , , , mami , , “ kataku
tergesa-gesa
“
ea , ada apa cha “ jawab nyokap gue cemas
dengan memeluk erat nyokap gue “ cha menang
lagi mami “
“alhamdulilah, selamat cha, mami
bangga sama kamu “ tanpa sadar gue dan nyokap meneteskan air mata.
Esok
hari pun gue dan nyokap pergi untuk bertemu dengan pemenang yang lain dan
mengambil hadiah dari lomba tersebut. Piagam yang gue dapat segera gue bingkai
dan gue sejajarkan dengan foto almarhum bokap gue.
“dan
gue akan selalu melanjutkan study dalam bidang sastra tanpa pernah melupakan
jasa-jasa bokap. Semoga ALLAh menerimanya dalam surgaNya yang abadi”. Terlihat
bokap sedang tersenyum melihatgue di dalam lamunan dan berkata “ aku akan
meminta ALLAH untuk memerintahkan Malaikatnya menemanimu kala aku tak
bersamamu. Sampai jumpa lagi, karena mimpiku didunia telah usai aku pergi ke
tempat yang abadi , dan ketika mimpimu di dunia telah usai, kita akan bersama
di dalam surga”
Sesampai
aku dirumah , , kulihat ada amplop
berwarna merah didepan pintu , , kubuka dan kubaca surat dari lian
Siapa aku bagimu
Kegelapan menatap lembut hariku
Kehampaan menyapa hidupku dengan hangat
Kekosongan mengisi setiap lembaran dalam hariku
Siapa aku dalam hidupmu?
Berjalan kulepas dengan tetesan air mata
Tanpa arah , ku tak sanggup untuk memberontak
Siapa aku dalam keputusasaan ku ini?
Aku telah kehilangan semuanya
Kucari , kutemukan , namun terhilang
Diam ku membodohi kepercayaan ku
Demi seaat , kulepas mereka yang abadi
Siapa aku dalam kebisuan ini?
Tuhann……
Saat ku yang tanpa arti ini
Memohon dan bersujud kepadamu
Selalu ku syukuri yang ada
Ku berharap kehendakMu adalah kehendakku
Dan ku kembali bertanya
Siapa aku dalam keadaan ini?
Untuk mu
Dear icha
Lupakah aku untuk mengucap maaf kepadamu?
Atau sekedar kata “terima kasih “
Untuk yang berarti dalam hidupku
Walau tak cukup banyak cerita utuk dijadikan kisah
Tapii,,,
Terlalu banyak permohonan tuk jadi doa
Dan mimpi yang eprlu diwujudkan
Meskipun rintangan selalu terbentang
Kau dan aku akan tetap bersatu
Dear my honey
Bila wujudku tak lagi nyata
Dan nafas ku tak lagi bersama mu
Dan jasad ku telah melebur
Dan raga ku telah hancur
Dan waktu pun terbatas sampai disini
Ruangan pun tak sama dengan mu
Ingatlah aku,,
Kau dan aku ,, adlah masa lalu
Karena dengan itu
Kan ku lanjutkan hidupku
Bersamamu. . . .
Puisi itu sengaja
ditulis lian dengan kiriman bunga , , dan akhirnya kami menjali cinta kembali ,
, hingga kini ke jenjeng pernikahan