Rabu, 10 Oktober 2012

cerpen


Romance of firstlove
Terdengar sayup-sayup dalam tidur suara nada dering hand phone gue memecahkan heningnya malam, ”kriinggg , , , kriing , , , kring , , “. Terbangun dan segera gue jawab telephone yang hanya nomor itu “ iya, hallo micum “ jawabku dengan nada ngantuk, “walaikumsalam bangun cha udah jam setengah empat buruan makan sahur, inikan sahur pertama “ jawabnya.  “ iya ini juga udah bangun, kalo belum bangun belum aku angkat telfon kamu oneng“ jawabku dengan sedikit kesal, “hahahahaha” laki-laki itu pun tertawa dengan girangnya, “eh , , ngemeng-ngemeng sapa sih loe “ sahutku kesal, “ gue lian cha, gue ganti nomor, nomor yang kemarin hilang, hp gue yang maren juga hilang “ jawabnya ,”trus penting buat gue” jawabku. “penting juga mungkin, udah dulu cha, gue mau makan sahur , bye” ditutupnya telephone.
Lian itu mantan gue, dulunya gue benci banget ama lian yang selalu ngatur dan banyak maunya, gue putus sama lian hanya gara-gara hadirnya orang ketiga dalam kehidupan lian. Ramadhan kali ini adalah ramadhan kalipertama gue jomblo dan berharap adanya sosok pengganti lian yang bisa memahami hidup dan perasaan gue seperti halnya bokap gue dulu.
“ ayo makan sahur cha , udah hampir imsyak ni” nyokap gue memanggil. Akhirnya kami makan sahur bersama, tapi rasanya ada yang kurang dalam sahur pertama ini sosok seorang bokap yang dirindukan tidak hadir untuk makan sahur bersama. Bokap gue udah ngak ada semenjak gue duduk di kelas satu sekolah dasar.
Ya ALLAH. Gue kangen ama bokap, gue kangen cara dia merangkulku, memelukku, menggendongku, menciumku. Gue kangen setiap garis diwajahnya, dan senyum nya yang penuh ikhlas, semuanya ya ALLAH,  ya ALLAH mengapa ini harus terjadi padaku ? mengapa Engkau beri aku ujian seberat ini saat aku baru 17 tahun ?
Gue duduk diam dalam lamunan dikamar ku yang penuh dengan tebaran kertas, seharusnya dia ada disini untuk mengajari aku membuat cerpen, bayangan itu mengiris perih dalam hati. Nyokap terongok bis didepan ku saat gue membaca cerpen yang gue buat dengan tatapan yang kosong .
“ STANDART KHAN “
Kata ini yang gue ucapkan ketika nyokap memeluk dengan erat tubuh gue, sekarang apa yang tersisa dalam hidup gue ? kalau saja gue bisa menangis pasti akan sedikit lebih lega , namun air mata ini telah kering, setiap saat dibuang. Benarkah gue sekuat itu ? atau gue hanya berusaha kuat ? apa gue hanya berusaha terlihat baik-baik saja ? benarkah gue serapuh ini ? apa gue hanya ingin mengasihani diri sendiri?
Bertahun-tahun gue terpuruk dalam kerinduan ini, hanya satu kata yang selalu terlintas di fikiran gue, “nak kamu harus bisa menjadi penulis yang hebat dan dapat memberi contoh remaja yang lain” kata itu di lontarkan bokap gue ketika dalam kondisi kritis nya.
Well, entah apa yang membuat gue bisa bertahan sejauh ini yang tak pernah gue fikirkan sebelumnya. Gue mendaftar audisi menulis cerpen di tingkat provinsi yang cukup bergengsi lah, dengan semua hayalan gue, gue berusaha bangkit dan dapat membuat senyum indah bokap gue di surga.
Hari –hari ramadhan gue selama 15 hari penuh dengan menulis cerpen, Yang segera  akan gue kirim malam itu juga dengan penuh harapan di bulan ramadhan untuk memberi hadiah bokap gue. Tiba –tiba “ Tookk, , ,tokk , , , tookkkk,” suara pintu kamar gue diketuk “Si. . siapa ? “ cha, , ini mami, boleh mami masuk  ? “terdengar suara nyokap yang lembut
Gue langsung berjalan dan segera memutar anak kuncinya, terlihat wajak nyokap yang memandangku dengan kecemasan. “ma,,,maaf mam “ nyokap langsung tersenyum menghibur. Dia mask kekamarku yang sedang rapi tanpa ada kertas yang berceceran dilantai. Gue peluk erat nyokap dengan erat, dia mengels kepalaku penuh cinta pula.
“ mami, doakan cha bisa menang dalam audisi ini, supaya kita dapat cukup uang untuk biaya maasuk kuliyah cha dan buat babe bangga “. Nyokap menangis untuk gue, dia terisak keras dan pedih menyadari kenyataan ini. Semenjak bokap meninggal gue merasa beban nyokap semakin berat, ge selalu berusaha untuk meringankannya dengan cara mengikuti lomba- lomba menulis, bahkan gue kuliyah dengan uang beasiswa dan hasil prestasiku dalam menulis.
“ sayang, mami percaya kok kamu pasti menang lagi kali ini “ jawab nyokap gue memberi semangat. “ tadi sudah sholat isya belum cha ?” Tanya nyokap gue mengalihkan kesedihan “ belum mam, “ jawabku “ ayo kita sholat dulu “ kamipun sholat berjamaah dan tak lupa di penghujung kami berdoa bersama “ Ya ALLAH berilah hambamu ini kekuatan, jaga babe selalu dalam surgaMu, loloskan hambamu ini dalam audisi menulis cerpen tingkat provinsi yang sedang hamba ikuti ini ya ALLAH” amiin , ,“ eh , , gak terasa ya udah puasa ke dua puluh empat” gumamku sambil menatap layar hendphone.
“kriinnggg , , ,kriiing, , , kriiingg, Pak Diyan memanggil “
“halo, asalamu’alaikum , ada apa pak ?” kataku dag dig dug karena hari ini pengumuman pemenang lomba penulisan cerpen, dan kebetulan diyan ini salah satu juri dalam lomba itu sekaligus dia orang yang selama ini mngajari aku dalam menulis.

“ selamat ya cha, kamu menang lagi kali ini “ katanya dengan bahagia
“ alhamdulilah , terima kasih pak infonya “ jawabku dengan semangat
Dimatikan telephone oleh pak diyan dan segera gue lihat di facebook. Dengan segera ku ketik di layar monitorku www.facebook.com dan segera gue masukkan alamat e-mail nya Ntha_chie88@yahoo.com ternyata benar aku menang dalam audisi ini.
            “ mami , ,  mami , , , mami , , “ kataku tergesa-gesa
            “ ea , ada apa cha “ jawab nyokap gue cemas
 dengan memeluk erat nyokap gue “ cha menang lagi mami “
“alhamdulilah, selamat cha, mami bangga sama kamu “ tanpa sadar gue dan nyokap meneteskan air mata.
            Esok hari pun gue dan nyokap pergi untuk bertemu dengan pemenang yang lain dan mengambil hadiah dari lomba tersebut. Piagam yang gue dapat segera gue bingkai dan gue sejajarkan dengan foto almarhum bokap gue.
            “dan gue akan selalu melanjutkan study dalam bidang sastra tanpa pernah melupakan jasa-jasa bokap. Semoga ALLAh menerimanya dalam surgaNya yang abadi”. Terlihat bokap sedang tersenyum melihatgue di dalam lamunan dan berkata “ aku akan meminta ALLAH untuk memerintahkan Malaikatnya menemanimu kala aku tak bersamamu. Sampai jumpa lagi, karena mimpiku didunia telah usai aku pergi ke tempat yang abadi , dan ketika mimpimu di dunia telah usai, kita akan bersama di dalam surga”
            Sesampai aku dirumah  , , kulihat ada amplop berwarna merah didepan pintu , , kubuka dan kubaca surat dari lian
Siapa aku bagimu

Kegelapan menatap lembut hariku
Kehampaan menyapa hidupku dengan hangat
Kekosongan mengisi setiap lembaran dalam hariku
Siapa aku dalam hidupmu?

Berjalan kulepas dengan tetesan air mata
Tanpa arah , ku tak sanggup untuk memberontak
Siapa aku dalam keputusasaan ku ini?
Aku telah kehilangan semuanya

Kucari , kutemukan , namun terhilang
Diam ku membodohi kepercayaan ku
Demi seaat , kulepas mereka yang abadi
Siapa aku dalam kebisuan ini?
Tuhann……
Saat ku yang tanpa arti ini
Memohon dan bersujud kepadamu
Selalu ku syukuri yang ada
Ku berharap kehendakMu adalah kehendakku
Dan ku kembali bertanya
Siapa aku dalam keadaan ini?

Untuk mu
Dear icha
Lupakah aku untuk mengucap maaf kepadamu?
Atau sekedar kata “terima kasih “
Untuk yang berarti dalam hidupku
Walau tak cukup banyak cerita utuk dijadikan kisah
Tapii,,,
Terlalu banyak permohonan tuk jadi doa
Dan mimpi yang eprlu diwujudkan
Meskipun rintangan selalu terbentang
Kau dan aku akan tetap bersatu

Dear my honey
Bila wujudku tak lagi nyata
Dan nafas ku tak lagi bersama mu
Dan jasad ku telah melebur
Dan raga ku telah hancur
Dan waktu pun terbatas sampai disini
Ruangan pun tak sama dengan mu
Ingatlah aku,,
Kau dan aku ,, adlah masa lalu
Karena dengan itu
Kan ku lanjutkan hidupku
Bersamamu. . . .

                Puisi itu sengaja ditulis lian dengan kiriman bunga , , dan akhirnya kami menjali cinta kembali , , hingga kini ke jenjeng pernikahan